Kerajaan mengumumkan bahwa Pangeran William dan Kate Middleton akan mengunjungi India musim semi 2016 ini. Mereka juga meminta agar bangsawan Wales tersebut diijinkan untuk mengunjungi Bhutan. Ini akan menjadi kali pertama bagi pasangan tersebut mengunjungi India dan mereka sangat bersemangat. Pasangan kerajaan tersebut juga akan mengunjungi Raja dan Ratu Bhutan. Sebelumnya mereka bertemu dengan Raja dan Ratu saat mengunjungi Inggirs setelah pernikahan mereka di 2011 dan bertemu dengan William dan Kate. Kedua belah pihak sangat menunggu-nunggu reuni ini.
Walaupun hubungan Inggris dan Bhutan baik, tidak pernah ada istilah hubungan antara kedua negara. Inggris memang mempunyai kedutaan terhormat di Thimphu. Raja dan Ratu Bhutan keduanya belajar di Inggris dan kunjungan ini dapat menjalin hubungan yang lebih formal antara kedua negara. Bhutan tidak banyak dikunjungi anggota kerajaan Inggris. Pada tahun 2010 Duke York berkunjung dan sebelum itu, pada tahun 1998, Pangeran Wales berkunjung. Sejak Raja yang sekarang memberlakukan pemerintahan demokratis, ada harapan hubungan yang lebih kuat antara dua negara tersebut.
Kontak Pertama
Kontak pertama Inggris dengan Bhutan adalah di tahun 1914, saat John Claude White berkunjung untuk liputan National Geographic. Ia mendeskripsikan orang Bhutan baik dan mengatakan bahwa ia disambut baik di sana. White juga memulai pertemanan dengan Raja pada saat itu yang memperlihatkannya banyak situs negara Bhutan. Selain itu, ia menjelajah sendiri dan terkagum dengan apa yang ia temukan. Terutama White kagum dengan sistem irigasi yang telah ada di negara tersebut. White adalah penjelajah pertama yang mengunjungi negara tersembunyi ini dan catatan perjalanannya adalah cerita positif pertama mengenai Bhutan. Cerita White adalah deskripsi mendalam yang mencakup banyak detil kecil, seperti kebiasaan memberi makan keledai dengan telur mentah setiap hari. Jika Anda tertarik dengan artikel tersebut, lihat
artikel aslinya di National Geographic. Setelah itu, Pangeran Charles mengunjungi Bhutan pada tahun 1988.
Di saat negara lain mengukur kesuksesan dari sisi finansial, Bhutan menggunakan apa yang menjadi dikenal sebagai skala Kebahagian Nasional (Gross National Happiness/GNH). Skala ini mengukur kualitas hidup warganya, bukan dari berapa banyak uang yang mereka miliki. Faktor-faktor yang termasuk antara lain kesehatan spiritual, fisik, sosial, dan lingkungan warganya dan lingkungan hidup. Sebelumnya, cara ini dianggap sebagai keanehan yang menghibur tetapi tidak begitu praktis. Tetapi PBB memutuskan untuk mempertimbangkannya kembali. Hanya dalam 2 dekade, umur harapan hidup warga Bhutan meningkat 2 kali lipat dan setiap anak saat ini pergi ke sekolah. Sementara negara kecil ini menikmati kesuksesannya, negara-negara lain sedang mulai kesulitan dan memutuskan untuk mempertimbangkan GNH dengan lebih serius. Dalam sebuah konferensi PBB mengenai perubahan iklim, anggota-anggota yang ikut mendiskusikan cara-cara praktis untuk menggabungkan beberapa kebiasaan Bhutan ke tingkat dunia. Tentunya ini patut dipantau dan dilihat perkembangannya.
Kami akan terus memperbarui Anda dengan kunjungan-kunjungan yang akan datang.