Setelah sarapan, perhentian pertama kami adalah Museum Nasional Warisan Rakyat (National Folk Heritage Museum), didedikasikan untuk mempertahankan kesenian rakyat Bhutan. Bangunan abad ke-19 yang sudah direnovasi ini berbentuk seperti rumah pedesaan tradisional dengan tiga lantai berisi kesenian tradisional, peninggalan budaya, dan artefak. Demonstrasi juga berlangsung sepanjang hari untuk memperlihatkan bagaimana rakyat Bhutan hidup selama berabad-abad.
Di Pabrik Kertas Buatan Tangan Jungshi, Anda akan melihat langsung metode kuno pembuatan kertas. Menggunakan kulit kayu dari dua spesies pohon lokal (Daphne dan Dhekap), perajin akan memperlihatkan kepada Anda pembuatan kertas tradisional Deh-sho. Anda bahkan dapat mencoba membuat kertas Anda sendiri untuk dibawa pulang. Kertas buatan tangan ini biasanya dipakai biksu untuk menulis doa dan mencetak.
Tenun dianggap sebagai kesenian nasional Bhutan, maka di Museum Tekstil Nasional, Anda akan melihat kain berwarna-warni yang dipakai oleh orang-orang Bhutan. Berkat Ratu Jetsun Pema, kain Bhutan diperhitungkan sebagai mode kelas tinggi di seluruh dunia. Karena pentingnya menjaga kesenian ini, Pemerintah Kerajaan Bhutan berusaha mempertahankan dan mempromosikan metode tenun tradisional.
Lalu kita akan berkendara ke Suaka Margasatwa Takin Motithang, rumah dari salah satu binatang teraneh di dunia. Takin adalah hewan mirip rusa yang dideskripsikan sebagai rusa yang tersengat lebah. Awalnya tempat ini adalah kebun binatang kecil, yang dibubarkan Raja karena ia merasa praktek ini tidak sesuai dengan ajaran Buddha, maka binatang-binatang yang ada dilepaskan ke alam bebas. Tetapi, para takin tidak pergi dan malah berlalu-lalang di jalanan kota mencari makanan. Suaka margasatwa didirikan, dan hewan nasional Bhutan kini dilindungi oleh dekrit kerajaan.
We end the day with a visit to Simtokha Dzong. Built in 1629, it was the first fortress of its kind in Bhutan and features beautifully painted Buddhist murals and carvings inside. Simtokha means “demon stone” and legend has it that the fortress was used to contain a demon inside a rock which was terrorizing the region. Today, it is home to one of the premier monk-taught Dzongkha learning centers, the national language of Bhutan.
Hari ini diakhiri dengan kunjungan ke Dzong Simtokha. DIbangun pada tahun 1629, Dzong ini adalah benteng pertama dengan bentuk ini di Bhutan dan memiliki mural serta pahatan Buddha yang cantik di dalamnya. Simtokha berarti "batu setan" karena menurut legenda, benteng ini dibangun untuk menenangkan setan yang ada di dalam batu, meneror daerah ini. Sekarang, Dzong Simtokha menjadi pusat pembelajaran bahasa Dzongkha, bahasa nasional Bhutan.
Hotels: