Bhutan telah mempunyai penerbangan domestik antara Paro, Bumthang dan Yonphula (Trashigang). Anda dapat mengurangi durasi perjalanan sampai 15 hari jika Anda menggunakan penerbangan domestik ke Trashigang dari Bandara Internasional Paro.
Latar Belakang Regional
Terletak di ketinggian 3.500 meter, lembah eksotis Merak dan Sakten telah lama menjadi rumah bagi suku Brokpas sejak perpindahan mereka dari Tsona di Tibet Selatan. Kelompok pribumi nomaden Bhutan timur, suku Brokpa secara musiman memindahkan ternak-ternak mereka dari lembah bawah di musim dingin ke padang rumput yang lebih tinggi di musim panas. Walaupun poligami juga terjadi, pernikahan di antara pasangan Brokpa adalah penyatuan dari pertimbangan praktis dan tanggung jawab suci, dengan ritual yang rumit untuk meresmikan persatuan. Seperti orang Bhutan lainnya, mereka menyukai panahan dan terampil dalam permainan akurasi. Wanita Brokpa sangat terkenal karena nyanyian mereka dan suka tampil menyanyikan berbagai macam lagu meriah yang dipersembahkan untuk para dewa dan dewi, serta tema universal alam, masa muda dan masa tua.
Brokpas lebih suka memakai busana tradisional mereka yang terbuat dari bulu yak. Pakaian tradisional untuk pria terdiri dari topi hitam dengan lima untai kepangan panjang tergantung di bagian samping. Bagian atas tubuh mereka ditutupi oleh jaket tebal dengan rompi kulit binatang yang diikat di pinggang dengan sabuk panjang yang disebut 'kera'. Untuk bagian bawah tubuh, mereka memakai celana pendek selutut yang disebut 'kongo'. Wanita biasanya mengikat rambut panjang mereka dengan anyaman pita warna-warni. Celemek sepanjang lutut diikat di pinggang. Terbuat dari sutra mentah, busana wanita didesain dengan motif binatang dan bunga yang berwarna-warni. Senang dengan perhiasan, mereka memakai untaian karang panjang, mata kucing dan kalung dari batu semi-mulia.
Hal yang harus dilihat dan dilakukan
Ritual dan adat istiadat suku Brokpa yang beragam membuat Merak dan Sakten menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi, terutama setiap musim gugur ketika mereka menghormati dewi gunung mereka, Jomo Kuengkhar dengan menghadiri sebuah festival dua hari untuk mencari berkah demi kemakmuran. Festival ini juga merupakan kesempatan untuk menyaksikan tarian Terchham tahunan telanjang Brokpas dan kemegahan tarian Ache Lhamo yang dilakukan oleh penggembala setiap tahun untuk menghormati dewi feminin lainnya yang sakral bagi bangsanya.
Ada beberapa candi dan biara yang menarik di kedua lembah: Borangtse Lhakhang, Guru Goemba, dan Labrang Lhakhang. Di kuil Gango Tashi Choling di Merak, yang didirikan pada abad ke-15, Anda dapat melihat tubuh pendirinya. Di Samtencholing Lhakhang Anda dapat melihat apa yang konon merupakan pelana kuno dan lingga kuda Dewi Jomo. Tempat perlindungan suaka Sakteng mempunyai luas 650 km persegi dan merupakan satu-satunya cagar alam di dunia yang didedikasikan untuk melindungi habitat Yeti atau manusia salju yang keji. Tempat perlindungannya bergunung-gunung dan kasar dan rumah bagi beragam flora dan fauna. Populasi macan tutul salju, panda merah, beruang hitam Himalaya, rusa yang menggonggong dan rubah merah Himalaya telah tercatat di wilayah tersebut. Taman ini juga memiliki bunga poppy biru langka, bunga nasional Bhutan. Selain itu, ada warna warni bunga Primula dan Gentiana yang dapat dilihat di musim semi. Populasi unggas di taman ini termasuk tupai Himalaya berperut putih, makau Assam, burung pegar darah, burung berpunggung abu-abu (grey-backed shrike), burung pelatuk berkepala abu-abu, hoopoe, burung pengicau (Rufous-vented tit) dan burung finch merah berdada gelap.